Film Perwakilan Asia di Oscar 2021 yang <i>Anti-Mainstream</i>
Film Perempuan Tanah Jahanam (BASE Entertainment)

Bagikan:

JAKARTA - Acara Academy Awards atau Oscar ke-93 akan diselenggarakan pada 25 April 2021. Saat ini, berbagai negara mulai mengirimkan perwakilan untuk ikut berkompetisi dalam penghargaan film terbesar itu. Nantinya, film-film ini akan bersaing untuk kategori Best International Feature Film.

Beberapa negara di Asia juga sudah mengumumkan perwakilan mereka. Beberapa di antaranya ada Bhutan dengan Lunana: A Yak In The Classroom, Taiwan dengan A Sun, serta Thailand dengan Happy Old Year.

Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang Ingin Beda

Dari Indonesia, film Perempuan Tanah Jahanam atau Impetigore menjadi perwakilan negara untuk Oscar 2021. Pengumuman ini disampaikan sutradara Joko Anwar melalui akun Twitter pribadinya. Impetigore menceritakan seorang wanita yang ingin mencoba menklaim rumah warisan orang tuanya, tanpa mengetahui bahaya yang mengancam di baliknya.

Malaysia juga memilih film bergenre horor, Roh sebagai perwakilan mereka. Film Roh berkisah tentang dua anak yang membawa seorang anak perempuan yang mereka temukan di balik taman belakang rumah. Anak perempuan itu memprediksi semua anggota keluarga mereka akan meninggal. Untuk pertama kalinya, kedua negara ini memilih film horor sebagai perwakilan setelah sebelumnya memilih film politik atau sejarah.

Sekilas ke belakang, Indonesia mulai mengirimkan perwakilan sejak tahun 1987 dengan film-film yang bertemakan histori, seperti Tjoet Nja’ Dhien pada 1989 dan Soekarno pada 2014. Namun, tidak ada satupun yang lolos ke tahap seleksi.

Sementara Thailand kerap mengirimkan film romantis termasuk Happy Old Year untuk ajang bergengsi ini. Happy Old Year mengisahkan seorang wanita yang ingin melupakan sang mantan tetapi mulai terbawa menuju kenangan lama setelah menemukan sebuah kotak.

Meski mereka belum pernah masuk nominasi dengan perwakilannya, tetapi Thailand sangat percaya diri dengan kualitas film drama dari negaranya. Sementara negara lainnya seperti Bhutan, India, Jepang, Filipina, Uzbekistan, dan Korea Selatan memilih film bertema politik dan pendekatan dengan kehidupan sosial yang mudah menarik perhatian juri.

Kesuksesan Parasite Jadi Inspirasi

Kesuksesan Parasite dari Korea Selatan pada Oscar ke-92 menjadi kunci dalam industri perfilman. Cerita sosial yang dibawakan secara komedi gelap membuat Parasite meraih empat penghargaan dalam Academy Awards 2020 yaitu Best Picture, Best Director, Best Original Screeplay, dan Best International Feature Film.

Kemenangan Parasite dianggap penting bagi perubahan industri film Asia di tengah kisruh #OscarsSoWhite yang berkumandang di media sosial.

Tagar itu sempat ramai di internet setelah pengumuman nominasi dirilis. Menurut masyarakat, pihak Oscar berlaku rasis dengan memilih nominasi yang didominasi orang berkulit putih. Padahal setiap tahunnya, selalu ada aktor berkulit hitam yang menampilkan akting yang bagus.

Film Parasite dianggap menjadi upaya pihak Oscar untuk menciptakan keberagaman di dalam daftar pemenang di tengah isu rasisme tersebut dan keberagaman itu bisa berlanjut untuk film-film Asia lainnya.

Menjadi Beda, Apakah Punya Peluang Masuk Nominasi?

Tidak ada yang dapat memprediksi kemenangan Parasite atau film lainnya dalam penghargaan Oscar. Pemilihan pemenangan dilakukan oleh lebih dari 8,400 pemilih yang bergabung dalam The Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS). Para anggota ini terdiri dari pegiat film yaitu sutradara, penata rias, penata musik, produser, sinematografer, dan siapapun yang bekerja di industri film dan pernah meraih nominasi Oscar.

Mengutip Variety, sebuah film bisa menang jika meraih suara lebih dari 50 persen tetapi hal ini pasti jarang terjadi karena setiap anggota memiliki preferensi sendiri. Kemudian ada aturan di mana jika film A memperoleh suara terbanyak yaitu 30 persen dan menjadi nomor satu - bisa disebut film ini menjadi favorit.

Tetapi jika film B memperoleh suara 20 persen tetapi sangat populer melebihi film A, film B memiliki potensi untuk menjadi juara. Adapun, sebuah film tidak bisa menang berdasarkan total angka pemungutan suara tetapi juga melalui diskusi para anggota jika film tersebut layak dinobatkan menjadi pemenang.

Sebagai contoh, Mustang, film drama dari Perancis pernah masuk ke nominasi Best International Feature Film di Oscar 2015. Padahal empat film lainnya yang masuk ke nominasi tersebut bersama Mustang memiliki perang dunia sebagai premis cerita.

Pada akhirnya, meski sebuah negara mewakilkan film dengan tema apapun, keputusan akhir tetap bergantung kepada respons positif para anggota AMPAS. Namun di sisi lain, baik Indonesia, Malaysia, dan Thailand membuktikan bahwa ketiga negara ini mencoba menghadirkan sesuatu yang berbeda agar dapat bersaing di kancah internasional.